Sunday 2 February 2020

[Review Buku] Laut Bercerita


Judul: Laut Bercerita
Penulis: Leila S. Chudori
Tahun: 2017
ISBN: 978-602-424-694-5
Penerbit: Gramedia

Sinopsis:
Jakarta, Maret 1998

Di sebuah senja, di sebuah rumah susun di Jakarta, mahasiswa bernama Biru Laut disergap empat lelaki tak dikenal. Bersama kawan-kawannya, Daniel Tumbuan, Sunu Dyantoro, Alex Perazon, dia dibawa ke sebuah tempat yang tak dikenal. Berbulan-bulan mereka disekap, diinterogasi, dipukul, ditendang, digantung, dan disetrum agar bersedia menjawab satu pertanyaan penting: siapakah yang berdiri di balik gerakan aktivis dan mahasiswa saat itu.

Jakarta, Juni 1998

Keluarga Arya Wibisono, seperti biasa, pada hari Minggu sore memasak bersama, menyediakan makanan kesukaan Biru Laut. Sang ayah akan meletakkan satu piring untuk dirinya, satu piring untuk sang ibu, satu piring untuk Biru Laut, dan satu piring untuk si bungsu Asmara Jati. Mereka duduk menanti dan menanti. Tapi Biru Laut tak kunjung muncul.

Jakarta, 2000

Asmara Jati, adik Biru Laut, beserta Tim Komisi Orang Hilang yang dipimpin Aswin Pradana mencoba mencari jejak mereka yang hilang serta merekam dan mempelajari testimoni mereka yang kembali. Anjani, kekasih Laut, para orangtua dan istri aktivis yang hilang menuntut kejelasan tentang anggota keluarga mereka. Sementara Biru Laut, dari dasar laut yang sunyi bercerita kepada kita, kepada dunia tentang apa yang terjadi pada dirinya dan kawan-kawannya.

Laut Bercerita, novel terbaru Leila S. Chudori, bertutur tentang kisah keluarga yang kehilangan, sekumpulan sahabat yang merasakan kekosongan di dada, sekelompok orang yang gemar menyiksa dan lancar berkhianat, sejumlah keluarga yang mencari kejelasan akan anaknya, dan tentang cinta yang tak akan luntur.
(Sumber: Goodreads) 

Ulasan Pribadi: 

Buku ini bercerita banyak kepada saya, memberi kesan yang campur-aduk. Terkadang saya tersenyum, tertawa, menangis, atau bergidik ngeri. Setiap detail yang diceritakan oleh penulis sungguh membuat imajinasi kita tumbuh, seakan berada pada situasi yang ada pada buku.

Saya tersenyum ketika membaca tentang kisah cinta Laut dan Anjani, membuat manis kisah dalam buku ini yang didominasi oleh kengerian dan kemarahan. Anjani adalah tokoh yang mampu menahan emosi pembaca karena kehadirannya, tokoh utama, Laut mendapat keberadaan tentang cinta.

Pembaca juga bisa tertawa geli ketika Laut, Alex, Sunu, dan Danil berada dalam satu percakapan. Empat sekawan yang kompak dan konyol mencairkan suasana tegang dalam beberapa adegan.

Siapa yang belum membaca novel ini? Terutama bagi yang memiliki kesensitifan terhadap apapun (gampang menangis). Novel ini siap membuatmu menangis, apalagi ketika di akhir cerita, saya jamin pembaca akan menangis atau setidaknya sesak karena hal yang diceritakan oleh penulis. Kesedihan ini datang ketika membaca kisah orang tua Laut, baik dari sudut pandang Laut atau Asmara.*

(*Novel ini memiliki 2 sudut pandang, dari tokoh utama Laut, dan Asmara Jati, adik Laut)

Kengerian yang mampu membuat pembaca bergidik selalu ada dalam tiap lembarnya. Membuat pembaca merasakan kesakitan yang dialami Laut dan kawan-kawan, atau bahkan kengerian yang dialami oleh Asmara karena kehilangan seorang kakak.

Intinya, novel ini mampu membuat saya takjub akan detail yang diceritakan. Banyak kosa kata baru yang menambah kamus pribadi saya. Saya juga belajar sejarah dari novel ini, betapa ngerinya zaman ketika saya belum dilahirkan. Keadaan panas dan kalut menambah merinding suasana.

Di hari libur, sempatkan baca ini yuk! Dijamin betah bacanya! Bagi kalian yang belum dapat buku fisiknya, bisa baca di iPusnas loh! Yuk! Yuk!

Rating: 8/10 (Rating Pribadi)
Share: