Saturday 23 September 2017

Cirebon Biasa Saja?

"Cirebon biasa aja,"
"Cirebon cuma kota kecil, panas, gak ada yang asik," 
"Masa' liburan ke Cirebon,"

Masih yakin sama kata-katanya? Mungkin kalian belum tahu keindahan tersirat yang ada di kota kami. Jangan salah sangka, wisata dan budaya cirebon itu buaanyaaak banget! Gak percaya?

Apa sih yang kalian pikirin tentang Cirebon? Kota yang panas? Kota yang ndeso? Atau kota yang gak punya apa-apa? Eit..eit... jangan dulu bilang gitu dong, kalian belum tau betapa banyaknya magnet wisatawan di Cirebon?

Cirebon itu punya banyak tempat-tempat yang jadi buruan para penyuka selfie loh! Salah satunya adalah Gua Sunyaragi.


foto: pintuwisata.com

Gua Sunyaragi berada di jalan by pass Brigjen Dharsono. Gua ini sering dijadikan tempat wisata bagi masyarakat lokal maupun luar kota, tidak salah jika gua ini sering dijadikan objek foto oleh para fotografer dan penyuka selfie. Tempat parkirnya juga lumayan luas, kalian bisa memarkirkan kendaraan kalian dengan leluasa. Disini juga terdapat panggung budaya untuk pementasan seni. Menambah tarik wisatawan bukan?  Taman bagian depan Gua Sunyaragi bisa dijadikan tempat istirahat, bisa istirahat sejenak bareng keluarga, teman, atau... pacar (jika punya, hehehe).

Harga tiket masuk Gua Sunyaragi Rp10.000, tidak mahal kok, kalian akan dibalas dengan indahnya gua ini, lumayan bisa untuk mempercantik feeds Instagram kan? Selfie-nya pakai produk dari Smartfren yang kualitas fotonya bagus banget! Dijamin hasilnya bening! Habis itu langsung unggah foto kalian ke media sosial dengan intenet dari Smartfren yang supeeer cepat! Bisa pamer ke temen-temen kalian juga kan...


Selain Gua Sunyaragi, ada juga Pemandian Banyu Panas Gempol
foto: berberita.com


Pemadian ini terletak berada di Kompleks Pabrik Semen PT Indocement Tunggal Prakarsa, Gempol, Palimanan, Kabupaten Cirebon. Wisata yang termasuk baru ini sudah banyak dipenuhi wisatawan karena dipercaya airnya dapat menyembuhkan berbagai penyakit meski belum tau kebenaran secara ilmiahnya.

Tiket masuknya sangat terjangkau, hanya bayar Rp3000 untuk parkir! Tapi... kalau mau masuk kolam renangnya bayar Rp20.000. Pilih yang mana?


Mau wisata yang menambah ilmu sejarah? Kalian bisa datang ke salah satu keraton di Cirebon, yaitu Keraron Kasepuhan.
foto: Wikipedia

Keraton ini berada di Jalan Kaepuhan No. 43, Kesepuhan, Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat 45114. Keraton ini memiliki museum yang cukup lengkap dengan barang-barang kerajaan serta lukisan kolesi kerajaan. Di sini banyak tempat-tempat yang bagus banget buat para pecinta foto. 

Sekitar keraton ini juga terdapat masjid yang sudah terkenal, yaitu Masjid Sang Cipta Rasa. Kalian akan tekagum-kagum melihat srsitektur dari masjid ini yang bedaaa banget!

Kalau mampir ke Cirebon, wajib banget nih buat berwisata sekaligus menambah pengetahuan ke Keraton Kasepuhan. 

Setelah puas berjalan-jalan di Cirebon, pasti perut kalian lapar dong? Cari tempat makan yang enak dan Cirebon banget? Dateng aja ke Empal Gentong H. Apud. Mungkin masyarakat luar kota juga sudah banyak tau tentang tempat makan ini, empa gentong ini bisa dibilang ikonik dari Cirebon loh!

foto: pergidulu.com

Terletak di Jl. Raya Ir. H. Djuanda No. 24, Battembat, Tengah Tani, Battembat, Tengah Tani, Cirebon. Setiap hari, Empal Gentong H. Apud selalu dipenuhi para pengunjung, dulu, sebelum memiliki lahan parkir, mobil-mobil pengunjung membuat macet jalanan, loh! Tetapi sekarang, sudah tidak lagi, sekarang sudah ada lahan parkir yang lumayan luas kok. 

Selain empal entong, ada juga empal asem dan sate, dan masih banyak lagi. Rasanya? Dijamin enak!


Mau makanan khas lainnya? Ada Nasi Jamblang Mang Dul
foto: didisadili.com

Terletak di tengah Kota Cirebon, pokoknya gampang banget ditemuin. Letaknya yang strategis dan halamannya penuh oleh kendaraan pengunjung. 

Tiap hari, tempat ini selalu ramai oleh pengunjung. Buat kalian yang belum ngerasain nasi jamblang, wajib banget cobain makanan khas ini, dan belinya di Nasi Jamblang Mang Dul ya.. 

Ada apa lagi di Cirebon? Mau coba baso yang penyajiannya beda? Datang ke Baso Mang Ita.

Terletak di jalan Garuda, Arya Kemuning. Dan ada juga yang berada di kawassan GTC, sama-sama berada di Jalan Dr. Ciptomangunkusumo. Biasanya yang brada di jalan Garuda lebih ramai, maka jangan salah kalau lebih dari jam dua siang, kiosnya sudah tutup.

Penyajian basonya beda banget, mie dan basonya dipisah. Yang bikin saya suka, rasa kuah basonya yang lezaaaat banget, nah saran saya, jangan kasih saus ke mie atau basonya, lebih baik pakai kecap atau sambal saja.

Baso ini sudah lama banget, dan sekarang dijaga oleh anak dari Alm. Mang Ita. Dulu banget, baso ini dijual keliling, dan sekarang sudah punya dua kios! Hebat bukan?

Blogger Cirebon kapan-kapan kita kumpul disini yuk! Harganya terjangkau, pas untuk kita-kita, nih!

Nah, kamu mau nge-mall? Ada kok, dimana? Yang pertama, Cirebon punya Grage Mall.
foto: panoramio.com
Semua orang Cirebon, gak asing deh sama mall yang satu ini! Semua orang Cirebon pernah dong kesini? Bisa dibilang, mall ini landmark dari Cirebon. Berada di tengah kota, letaknya dekat dengan Nasi Jamblang Mang Dul. Pokoknya gampang banget dicari. 

Ada apa di Grage Mall? Banyaaaakkk.... Pokoknya kamu harus kesini kalau kamu berkunjung ke Cirebon. WAJIB! Hehehe... 

Selain Grage Mall, ada juga Grage City Mall. 

foto: aboutcirebon.id

Lokasinya ada di Jalan Jendral A. Yani, Pegambiran, Lemahwungkuk, Pegambiran. Mall ini lebih besar dari Grage Mall. Jaraknya lumayan jauh dari pusat kota, tapi GCM ini ramai terus! 
Ad apa disini? Banyak, lebih banyak dari Grage Mall. Yang aku uka dari GCM, suka ada bazzaar buku murah! Hehehe.. 

Dan terakhir ada Cirebon Super Block. 
foto: klikhotel.com

Lokasinya ada di jalan Dr. Ciptomangunkusumo. Ini nih, mall kekinian dan tempat favorit anak muda! Biasanya mall ini ramai oleh anak-anak sekolah, khususnya SMAN 1 Cirebon, SMAN 2 Cirebon, SMAN 6 Cirebon, SMPN 5 Cirebon, dan BPK Penabur, karena memang masih berdekatan. Jangan kaget kalau di hari Jum'at, banyak kalian temukan para siswa berseragam. Karena tempatnya memang kekinian banget!

CSB juga menjadi para favorit blogger Cirebon. Sambil duduk santai dan meyantap makanan-makanan yang harganya pas di kantong, sambil nulis buat bahan post selanjutnya, hehehe...

Nah, itu adalah sebagian dari banyaknya tempat wisata di Cirebon. Saking banyaknya wisata dan budaya di Cirebon, saya sendiri bingung mau bahas yang mana. Gimana, sudah merubah perkiraan kalian tentang Cirebon? 

Sekarang, Cirebon itu bak kota besar, maceeeet terus! Apalagi pagi dan sore, penuh oleh para pekerja dan anak sekolah. Sekarang sudah banyk gedung tinggi di Cirebon, itu membuktikan kalau Cirebon bukan lagi kota kecil yang terbelakang. 

Nah, itu saja yang bisa saya bahas tentang kota kecil kami. Semoga untuk kalian warga Cirebon semakin cinta pada Cirebon, dan yang belum pernah mengunjungi Cirebon, tidak ada salahnya kalian mampir ke Cirebon!








Blogger Cirebon
Share:

Friday 3 March 2017

Kecoa Si Cinta Monyetku

Kecoa Si Cinta Monyetku

            “Aduh!” aku berteriak ketika merasakan jepit rambutku ditarik oleh seseorang.
            “Hahaha! Lucu!” aku menoleh ke arah suara itu, lagi dan lagi, ah rupanya Dafa. Anak itu memang setiap hari menggangguku. Sudah berkali-kali aku bilang pada Bunda, namun Bunda tidak menggubrisnya.
            “Diem ya kamu!” kataku memukul lengan Dafa, “Aku bilang Bunda nih!” kataku lagi.
            “Gak takut, wee!” dia menjulurkan lidah kepadaku. Aku kesal bukan kepalang melihat Dafa yang mirip kecoa ini.
            ***
            “Yaah.. Hujan,” aku mengulurkan tanganku sambil menatap langit. Air hujan ini cukup deras, aku tidak bisa menerobosnya.
            Hari ini jadwal lesku, jarak tempat les dari rumahku cukup dekat. Tetapi kalau hujan begini, mana bisa aku pulang. Aku duduk di teras tempat lesku, membaca buku dongeng pemberian Bunda.
            “Hai gendut!” seseorang menepuk pundakku. Aku menoleh, Dafa! Ya, aku memang satu les dengan kecoa itu, rumahnya juga hanya berjarak sekitar lima bangunan dari rumahku.
            “Gak pulang?” dia menambahkan, nadanya tidak biasa, agak baik gitu deh.
            “Hujan,” jawabku pelan.
            “Pulang sana, mau maghrib,” katanya lagi. Ya ampun Daf! Bagaiaman caranya aku pulang kalau sedang hujan, aku tidak punya payung atau jas hujan.
            “Gak bisa,” jawabku singkat sambil terus terpaku oleh buku dongeng.
            Dia diam, dan mengeluarkan bingkisan dari tasnya kemudian memberinya kepadaku. Aku menerimanya dengan pelan-pelan takut kalau isinya berupa tikus putih yang aku takuti. Aku membuka bingkisan itu, dan kalian tahu apa isinya? Sebuah jas hujan!
            “Pakai saja,” dia tersenyum manis kepadaku, ah tidak biasanya dia baik seperti itu.
            “Nggak ah, kamu pakai saja, kalau aku yang pakai, kamu pakai apa?” tanyaku sambil mengulurkan bingkisan jas hujan tadi.
            “Aku ada kok, nih!” dia menunjukkan sebuah jas hujan lagi. Apa?! Dia bawa dua jas hujan? Untuk apa? Coba pikirkan! “Kemarin aku minta Mama untuk membelikan jas hujan satu lagi buat Nadira, karena aku kasian sama Nadira, kalau hujan harus tunggu Bunda pulang, kan malam banget,” jelasnya. Ya ampun! Seorang Dafa ‘Kecoa’ bisa kasihan juga sama musuhnya? Dafa yang suka bilang aku gendut dan itu faktanya, bilang kasihan sama aku? Why?! “Ayo pulang,” dia mengajakku. Kali ini aku tidak menolak, karena memang aku juga ingin pulang karena sudah mau maghrib, Bunda pulang jam delapan malam.
            ***
            “Nad, kamu dapat kelas apa?” tanya Bella kepadaku.
            “6-A!” jawabku girang sekali.
            “Wah Nadira sekelas sama aku!” tiba-tiba Dafa datang sambil berteriak.
            “Aku gak berharap sama kamu ya Daf!” kataku menyipitkan kedua mataku yang sudah sipit.
            “Kalau beda kelas nanti kita kangen Nad, kan kalau sekelas enak,” jawabnya enteng. “Aku kan bisa lihat kamu terus setiap hari, hehe,”
            Aku pikir wajahku sudah mirip kepiting rebus yang diolesi sambal yang merah sekali, kenapa aku jadi malu?
            “Ciee... Dafa suka Nadira!” tawa seluruh teman-temanku. Ah!
            “Emang iya,” Dafa tersenyum sambil menatapku.
            Kelas enam berbeda dengan kelas lima, tentang keseriusanku, penampilanku, dan sikap Dafa! Ya! Kecoa itu memang benar-benar beda, dia lebih baik kepadaku. Memberikan perhatian-perhatiannya padaku. Ah! Aku pikir dia cuma berubah saja karena sudah besar bukan?
            ***
            “Nad, aku suka kamu,” Dafa menatapku. Saat ini aku sedang duduk bersama Dafa, Dafa yang minta karena Alin tidak masuk kelas hari ini.
            “Haha..” tawaku sedikit garing.
            “Kok ketawa?” tanyanya bingung.
            “Nggak kok,” jawabku.
            “Tadi ketawa,” matanya terlihat serius.
            “Siapa bilang?” elakku lagi.
            “Aku,” Dafa memalingkan wajahnya, “kalau kamu ketawa jadi cantik,”
            Dia ngomong apa sih? Jangan buat aku salah tingkah deh! Sepertinya aku sudah mulai pubertas, pikirku. “Emang aku cantik,”
            “Tambah cantik kalau ketawa, mirip princess,” dia tersenyum bahagia saat itu, mau taruh di mana mukaku ini! Aku malu Ya Tuhan...
            “Oh iya Nad, aku suka kamu dari kelas empat loh,” Dafa menambahkan lagi.
            “Kata Bunda gak boleh suka-sukaan,”
            “Yaudah, sukanya aku simpan saja ya sampai aku gede,” dia mentapku, “boleh?”
            Aku tidak bisa menjawab lalu mengangguk tanpa ekspresi.
            Sejak kejadian itu, aku dan Dafa sedikit menjauh, entah karena apa. Tetapi karena aku menjauh dengan Dafa, aku lebih serius dalam belajar, nilai Ujian Nasionalku juga bagus, masuk sepuluh besar! Aku juga menceritakan apa yang dibicarakan Dafa kepada Bunda, dia hanya tertawa seraya berkata, “Princess Bunda suka sama kecoa ya,”
            Kata Ayah, besok aku akan didaftarkan ke SMP yang favorit, aku akan menjadi anak SMP! Nadira yang lugu ini jadi anak SMP!
            ***
            “Hai Nad,” seseorang memanggilku. Aku yang sedang kebingungan mencari kelas menoleh ke sumber suara yang baru puber itu.
            “Dafa?” tanyaku.
            “Satu sekolah lagi ya,” katanya tertawa menunjukkan matanya yang sipit ketika tertawa, “kamu masih gendut, hahaha,” Dafa masih sama ternyata, bilang aku gendut terus.
            “Aku mau diet!” jawabku kesal.
            “Jangan,” jawabnya datar.
            “Kenapa?” heranku.
            “Nanti aku gak suka lagi,” setelah mengatakan itu, dia lalu pergi meninggalkanku. Siapa peduli kalau dia gak suka aku lagi? Hah?!
            Ah! Akhirnya aku menemukan kelasku, ada di lantai dua, di pojok lagi! Aku telat datang deh! Kursinya sudah penuh semua, lalu aku duduk dimana?
            “Disini,” seseorang meraih pergelangan tanganku, seorang anak perempuan cantik berkucir kuda.
            “Makasih,” jawabku.
            Aku terpaku melihat seorang anak laki-laki duduk di depanku, matanya bulat, kulitnya hitam manis, senyumnya lebih manis, rambutnya keren! Aku pikir sku sudah pubertas karena sudah suka-sukaan. Siapa sih dia? Oh! Namanya Sulthan! Hm.. Aku permaisurinya kali ya? Hahaha...
            ***
            Satu, dua, tiga, empat bulan berlalu. Aku sukses diet! Aku turun cukup drastis! Tetapi pipiku yang gemas mirip bakpau ini masih menempel, tidak apa-apa pipi yang gembul itu lucu, katanya.
            Aku berjalan menuju halte, menunggu angkutan lewat, namun hari sudah sore, angkutan jurusan rumahku sudah sedikit sekali yang lewat.
            “Nad,” aku menoleh. Sudah berapa lama aku tidak melihat wajah ini, dia sibuk karena tugasnya sebagai anggota OSIS, aku sibuk karena aku wara-wiri dari olimpiade ke olimpiade lainnya.
            “Eh Daf,” aku tersenyum.
            “Kurusan ya,”
            “Iya,”
            “Tapi aku masih,”
            “Masih apa?”
            “Suka,” aku tertawa mendengarnya. “Nad, mau jadi pacar aku?”
            Aku tersentak, bayangkan! Anak SMP jaman sekarang mainnya sudah pacar-pacaran?!
            “Ih?” aku bingung dengan pipi memerah.
            “Gimana?”
            “Iya,” entah kenapa aku malah jawab iya. Tolol! Nadira tolol! Masa mau sih pacaran sama mantan musuh, cinta monyet lagi?!
            “Yey!” dia terlihat bahagia. Aku tersenyum seraya mengutuki diriku sendiri.
            Aku pikir, Dafa sudah cukup berkorban kepadaku dari dulu. Aku juga harus membalasnya bukan? Aku juga suka dengannya saat dia bilang aku mirip princess kalau ketawa,
            ***
            Kelas tujuh, kelas delapan, aku masih berpacaran dengan Dafa,dia baik, tidak membosankan. Hobinya membuat humor lucu walau terkadang garing. Tapi lucu aja. Tetapi saat kelas sembilan, dia sedikit menjauh dariku, sempat aku tanyakan kepadanya kenapa, dia tidak menjawab.
            Tetapi aku tidak terlalu memikirkannya, Dafa mungkin sibuk menjadi anggota OSIS. Kalau boleh aku beri tahu, aku sedang dekat-dekatnya dengan Sulthan, ingat dia bukan? Orang yang aku bilang cinta pertamaku, aku sudah tidak suka lagi sekarang, entah kenapa. Aku lebih suka Dafa padahal wajah Sulthan lebih juara dari wajah Dafa yang pas-pasan.
            “Nad, belum pulang?” Sulthan menghampiriku yang sedang memainkan ponsel.
            “Buka apa Nad?” tambahnya, basa-basi, pikirku.
            “Dagelan,” jawabku.
            “Linknya apa Nad?”
            “Hmm bentar, aku kirim di Line aja ya,”
            Aku mengetik URL ‘http://dagelan.co’ pada Sulthan.
            “Makasih Nad,”
            Aku dan Sulthan duduk berdua di kelas, aku sedang menunggu Dafa pulang dari rapat OSIS, dan Sulthan? Entah.
            “Seru ya Dagelan,” katanya menembus suasana sepi.
            “Haha iya,” tawaku singkat. “Aku duluan ya,” aku pamit kepada Sulthan ketika melihat Dafa lewat depan kelasku bersama seorang perempuan.
            “Daf?” heranku. “Siapa?” aku menatap perempuan itu.
            “Bukan siapa-siapa,” jawabnya.
            “Siapa?!” bentakku.
            “Teman,”
            “Aku mau putus Daf!” aku berlari keluar sekolah.
            Tega! Daf! Tega! Kamu yang dulu suka mengejarku kini berhenti dalam hati orang lain, aku yakin Daf, itu bukan sekedar teman. Aku yakin Daf!
            Esoknya, aku sangat malas berangkat sekolah, ingin muntah ingat kejadian kemarin. Aku hendak masuk kelas namun terhenti ketika melihat Dafa dan perempuan kemarin berjalan bersama. Terdengar teriakan, “Pasangan baru, pajak dulu dong!”
            Pasangan? Secepat itukah Daf? Tanpa alasan kamu pergi, astaga! Pipiku memanas!
            Sejak kejadian itu, aku dan Dafa menjauh, sangat menjauh. Saat itu aku merasakan patah hati yang pertama kali. Membekas lama sekali, aku tahu, mungkin kau pikir aku terlalu lebay, namun memang benar adanya, sakit!
            Aku bercerita masalah itu kepada Sofia, sahabatku sejak kelas tujuh. Katanya, aku tidak perlu memikirkan masalah itu. Aku harus fokus karena Ujian Nasional akan diadakan sebentar lagi. Benar, aku cukup bodoh! Untuk apa aku memikirkan masalah ini! Tidak berguna bukan?!
***
Waktu memang cepat sekali ya, aku sudah SMA sekarang. Nilai yang memuaskan, coba saja kalau aku memikirkan masalahku dengan Dafa, nilaiku pasti hancur! Dafa? Dia sekolah di Surabaya sekarang, Mamanya memang orang Surabaya.
So you can keep me
Inside the pocket of you ripped jeans
Dering ponselku berbunyi pertanda telpon masuk.
“Halo?” kataku.
“Nad,” seorang laki-laki menyebut namaku.
“Siapa?”
“Dafa,” aku membatu. Buat apa dia menelponku?
“Oh,”
“Maaf ya, aku benar-benar salah Nad, kamu gak tahu alasanku kan?” kenapa dia langsung ke inti sih? Gak basa-basi dulu?
“Sulthan suka sama kamu,” dia menambahkan lagi.
“Terus?”
“Aku putusin kamu biar Sulthan sama kamu, aku masih sayang sama kamu Nad, aku serius,” perkataannya membuatku bergetar. “Nad?”
“Iya,” jawabku.
“Maaf,” katanya penuh penyesalan.
“Bulan Desember aku pulang, aku mau kita temenan lagi, gak perlu pacaran,” dia berbicara lagi.
“Iya,”
“Aku tahu kamu pasti sakit kan saat itu? Aku tahu Nad, tahu!” dia berbicara keras.
“Iya Daf,” hanya itu yang bisa aku ucapkan.
“Nad,”
“Iya,”
“Sukanya aku buat nanti aja ya, kalau udah dewasa,” dia tertawa di telpon.
“Terserah,” kali ini aku tidak bisa menahan tawaku karena dia mengulang perkataannya beberapa tahun silam. Aku juga terharu ketika tahu alasannya karena dia tahu Sulthan menyukaiku, dia pikir aku juga menyukai Sulthan, tapi tidak. Aku suka dia, Dafa, kecoaku.
Saat itu aku menghabiskan waktu untuk saling berbicara lewat telepon, bertukar cerita, sudah lama aku tidak begini dengannya. Aku tidak tahu kalau Sulthan suka padaku, aku sudah tidak suka lagi, namun Dafa memberitahuku agar menghargai pengorbanan Sulthan seperti aku menghargai pengorbanannya.
***
Patah hati. Awalnya.
Kebahagiaan. Balasannya.
Tuhan memang serba bisa mengatur segalanya, aku patah hati, bodoh! Itu hanya cinta monyet! Buat apa aku patah hati? Tuhan memberitahu, menegurku, aku belum boleh untuk cinta-cinttan. Tugasku untuk mengejar impian bukan pacaran! Hatiku masih rapuh! Dikit-dikit sakit, alah! Lebay!
Aku mengetik itu ke laptopku. Lucu saat aku membacanya berulang-ulang. Rasanya aku ingin melupakan kejadian itu, kejadian dimana aku patah hati untuk pertama kalinya, aku malu! Mengutuki diriku ini. Aku ingin tertawa kencang!
Patah hati? Di umur tiga belas tahun? Hahahahaha... Sepertinya Bunda akan memarahiku ketika tahu aku pernah pacaran di usia muda atau mungkin tertawa dengan kencang sambil berkata, “Masa’ princess pacaran sama kecoa? Masih kecil lagi,”







            
Share: